Hampir semua transaksi online meminta identitas
pribadi seperti nama pelanggan, alamat e-mail, nomor telepon, atau alamat
surat. Pengguna sadar bahwa penjual berusaha menjejaki data seperti produk yang
dibeli, metode pembayaran yang digunakan, nomer kartu kredit, pilihan produk
dan sejarah transaksi dikumpulkan, disimpan dan dianalisis oleh sistem e-bisnis
dan yang kemudian digunakan mengevaluasi perilaku pembelian. E-vendor menggunakan informasi ini untuk menjual,
mempromosikan produk baru secara langsung melalui e-mail pribadi pelanggan.
Ketika pelanggan kembali pada website yang pernah digunakan untuk melakukan
pembelian, angka-angka kartu keredit dan alamat pengiriman sudah ada tersedia.
Pengumpulan data pribadi untuk mengevaluasi kebutuhan pelanggan dan
meningkatkan layanan, tetapi dalam penggunaan internet ancaman pelanggaran
sanggat tinggi. Perpindahan data pribadi antar internet menjadi perhatian
konsumen.
Saat
ini banyak orang yang menggunakan komputer dan internet untuk berbelanja. Aneka
informasi yang diperoleh telah mengubah cara mereka bertransaksi berbagai macam
barang atau jasa. Internet merupakan media untuk berkomunikasi antara
perusahaan dengan konsumen, Pengalaman menggunakan Internet merupakan
pertimbangan penting dalam melakukan pembelian secara online (Hoffman et al.,
1999). Hoffman menemukan bahwa perhatian konsumen terhadap pengendalian informasi
pribadi ternyata meningkatkan pengalaman akan internet, sebaliknya perhatian
pada hambatan fungsional untuk belanja secara online menurun. Pengguna internet
yang belum berpengalaman, biasanya jarang bertransaksi secara online: 27%
pengguna dengan pengalaman kurang dari 6 bulan pernah bertransaksi sesuatu
melalui internet, dibanding dengan 60% mereka yang berpengalaman 3 tahun lebih
dalam menggunakan internet (Fox, 2000). Sebagai tambahan, pengguna baru lebih
takut dengan masalah pencurian kartu kredit (70%) dari pada pengguna internet
berpengalaman. (46%) (Fox, 2000).
Informasi privasi mengacu pada individu,
kelompok, atau institusi untuk menentukan diri mereka sendiri dan bagaimana
tentang luasnya informasi tentang apa yang dikomunikasikan pada orang lain
(Malhotra., et al 2004).Perhatian informasi privasi mengacu pada suatu pandangan
hubungan individu dalam konteks informasi privasi. Privasi dipengaruhi oleh
kondisi ekternal seperti industri, budaya, dan hukum. Bagaimana pun, suatu
persepsi individu kondisi eksternal juga berbeda menurut karakteristik pribadi
dan pengalaman masa lalu, Oleh karena itu orang sering berbeda pendapat mengenai toko online dan penggunaan informasi pribadi
mereka.
Konsep privasi
dengan sendirinya tidak baru, biasanya digambarkan sebagai suatu kemampuan
individu untuk mengendalikan informasi pribadi yang diperoleh Terkait dengan privasi mempengaruhi aspek
seperti distribusi atau non-authorizet pengguna informasi pribadi
(Wang et al., 1998). Pertumbuhan
teknologi baru untuk mengolah kompleksitas informasi. Sebagai konsekuensi
kecurigaan konsumen terus meningkat mengenai data pribadi mereka. Privasi
secara instrument bernilai sebab dipelukan pengembangan hubungan kepercayaan
dan kedekatan pada waktu yang sama, (Anil Grung, 2006). Privasi diuji atas
dasar kebenaran informasi. Privasi telah lama didefinisikan sebagai kebenaran
seseorang untuk menjadi dirinya sendiri untuk mengendalikan aliran dan
pemberitahuan informasi tentang orang lain atau dirinya sendiri.
Kejahatan
dalam media internet berjumlah sangat besar serta memiliki bentuk yang beragam
karena beberapa alasan. Pertama, identitas individu, atau organisasi dalam
dunia internet mudah untuk dipalsukan, tetapi sulit dibuktikan secara hukum, Kedua
tidak membutuhkan sumber daya ekonomi yang besar untuk melakukan kejahatan
dalam internet. Ketiga internet menyediakan akses yang luas pada pengguna yang
potensial menjadi korban. Keempat kejahatan dalam internet, identitas pelaku
tidak dikenal dan secara yuridis sulit mengejar pelaku. Rasa aman mungkin
menggambarkan subyektif sebagai kemungkinan konsumen percaya bahwa informasi
pribadi mereka (Private dan moneter) akan tidak dapat dilihat, dan berpindah
tanpa persetujuan.
Kegiatan
dalam e-commerce disamping memberikan
keuntungan dalam bertransaksi secara online,
disisi lain mengandung beberapa resiko diantaranya adalah, gangguan website yang diakibatkan oleh para hacker. Hacker memungkinkan untuk masuk, mengacak-acak dan sekaligus
menjarah apa yang dirasakan menguntungan mereka. Aktivitas para hacker ini sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan pencuri yang mengacak-acak dan mengambil barang milik kita. Dalam hal
ini sangat penting diperlukan sistem keamanan yang mampu melindungi website dari gangguan para hacker. Masalah keamanan menjadi masalah
yang cukup menentukan bagi para pengusaha e-commerce.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan sistem keamanan dari
gangguan pelaku kejahatan yang ingin mengacaukan website adalah:
1.
Membuat sistem cadangan yang selalu diaktifkan, jika
sistem utama mengalami gangguan atau kerusakan yang diakibatkan oleh ulah hacker
2.
Melakukan backup
data pribadi, atau data kartu keredit, karena terkait dengan kepercayaan
pelanggan sebagai basis utama yang mengkonsumsi layanan elektronik.
Peranan pengalaman juga telah diteliti
dalam literatur sistem informasi dalam bidang penerimaan
pengguna, thet theory
reasoned action dan the theory planned behavior telah
diterapkan dalam pengembangan model penerimaan teknologi (TAM) Davis (1989). Szanja (1996) menyarankan bahwa bidang penelitian penting di masa datang tentang TAM
adalah "menentukan
nilai dan status komponen pengalaman".
Dalam model TAM, kemudahan penggunaan dan kegunaan
dipercaya bahwa sikap yang
pada akhirnya menjadi niat perilaku untuk menggunakan. Selanjutnya
TAM telah menghilangkan elemen sikap, sehingga keyakinan tentang kemudahaan penggunaan dan kegunaan langsung membentuk niat
(Venkatesh dan Davis, 1996). Venkatesh dan Davis (1996), dalam pengembangan TAM
yang memfokuskan pada variabel awal dari kemudahan penggunaan, secara teoritis menyatakan bahwa
pengalaman langsung dengan perangkat lunak menjadi perantara dalam hubungan
langsung antara tujuan penggunaan dan kemudahan penggunaan.
Tujuan penggunaan dari
suatu sistem adalah ukuran tentang bagaimana mudahnya sistem tersebut
digunakan, diturunkan dengan membandingkan apa yang diperlukan agar seorang
ahli menyelesaikan suatu tugas dengan
menggunakan sistem dengan apa yang
diperlukan oleh orang awam untuk menyelesaikan tugas yang sama dengan
menggunakan sistem yang sama, Venkatesh dan Davis (1996) memperkirakan bahwa tujuan penggunaan akan menjadi
peramal dari kemudahan penggunaan,
hanya jika seorang individu telah memiliki pengalaman langsung
dengan perangkat lunak. Mereka menemukan dukungan bagi ramalan mereka. Pengalaman
langsung dioperasionalkan dalam percobaan mereka dalam pelatihan untuk suatu
paket perangkat lunak. Dalam penelitian terbaru, antecedent dari kemudahan
penggunaan dalam TAM. Venkatesh (2000) menemukan bahwa pengalaman tidak memerankan
peranan sebanyak peranannya seperti yang diharapkan dalam menjelaskan varian
dalam kemudahan penggunaan. Kepercayaan
pada general sistem
independent tentang komputer lebih menjadi peramal yang lebih
kuat dari kemudahan penggunaan dari
pada pengalaman, selama
tiga periode.
Dengan menggunakan the theory planned
behavior, Taylor dan Todd (1995) menyelidiki perbedaan antara mahasiswa
yang berpengalaman dan tidak berpengalaman dari sebuah pusat komputer. Mereka
menemukan hubungan yang lebih kuat antara perilaku niat dan perilaku
aktual bagi pemakai yang berpengalaman, dibanding pemakai yang
tidak berpengalaman. Mereka juga menemukan bahwa niat dari pemakai yang tidak berpengalaman lebih mudah diramalkan oleh variabel awal dari
pada kasus untuk pemakai yang berpengalaman.
Pengguna internet yang berpengalaman, waktu yang mereka habiskan untuk online lebih banyak karena keahlian yang mereka peroleh melalui pengalaman, seharusnya yakin bahwa internet lebih bisa dipercaya
dari pada mereka yang kurang berpengalaman. Pengguna berpengalaman seharusnya
telah belajar bagaimana menghindari perilaku yang tidak dapat dipercaya dan
bagaimana menggunakan situs dengan lebih aman, seperti halnya warga
kota yang mengetahui bagian-bagian kota dan
tempat yang tidak aman yang harus dihindari. Intinya adalah bahwa kepercayaan
muncul dengan tingkat pengetahuan
tertentu, dimana pengetahuan diperoleh
dari pengalaman.
Persepsi
resiko dipandang sebagai ketidak pastian dihubungkan dengan hasil dari suatu
keputusan (Sitkin dan Pablo 1992). Dalam
literatur e-commerce, ada dua
kategori resiko yaitu: resiko transaksi dan resiko produk (Chang et al., 2005. Resiko produk mengacu pada
ketidak pastian pembelian akan memenuhi penerimaan pengukuran dalam hasil atau
tujuan pembelian. Resiko Transaksi adalah ketidak pastian sesuatu yang tak terduga dan kurang baik sepanjang
proses tarnsaksi.
Resiko transaksi termasuk pembuktian, privasi, keamanan.
Resiko transaksi mengacu pada ketidak pastian identitas pembuktian penjual
tidak diungkapkan. Resiko privasi mengacu pada kemungkinan pencurian informasi
pribadi (Pavlou 2003). Orang dapat dipercaya setia berhubungan dengan
keselamatan data yang dipancarkan Internet (Chang Et al. 2005).
E-commerce
di dalam penelitian ini digambarkan sebagai hubungan pertukaran secara online antar konsumen dan toko online, atau web vendor. Penelitian ini mempertimbangkan niat untuk bertransaksi
secara online, yaitu membeli barang
atau jasa secara online, demikian
memanfaatkan Business ke Consumer (B2C) model e-commerce.
Satu hal penting dalam penelitian sistem informasi
bagaimana dan mengapa individu menerima dan mengadopsi teknologi informasi baru
(Agarwal dan Karahanna 2000). Pada tingkatan individu, pemakaian informasi
teknologi dipelajari dengan meneliti
peran niat sebagai peramal perilaku (Liu et
al. 2004; Malhotra et al., 2004).
Penelitian ini fokus pada faktor penentu niat seperti sikap, dan pengaruh
sosial. Penelitian ini didasarkan pada model
psikologi sosial seperti, the theory
reasoned action (Ajzen dan Fishbein 1980) dan the theory planned behavior (Ajzen 1985; Ajzen 1991). Niat, sebagai faktor penentu perilaku telah ditetapkan di
dalam acuan sistem informasi dan disiplin lain (Ajzen 1991; Taylor dan Todd
1995). Menurut the theory reasoned action,
niat meramalkan perilaku. Niat dibentuk oleh sikap dan norma subjektif, yang
pada gilirannya adalah membentuk kepercayaan. The theory reasoned action berdasarkan model untuk meramalkan
aktivitas perilaku yang di bawah kendali
volitional. Volitional
mengendalikan alat-alat yang digunakan secara penuh mampu mengendalikan capaian
dari suatu aktivitas. Dalam hal nonvolitional
mengendalikan aktivitas, the theory
reasoned action cocok karena mempunyai komponen tambahan dari kendali
tingkah laku dirasa sebagai faktor penentu niat. Model penerimaan teknologi
(TAM) suatu adaptasi theory reasoned action menjadi populer
di antara peneliti sistem inormasi untuk menentukan antecedent pemakaian sistem melalui kepercayaan tentang dua faktor:
penggunaan, dan kemudahan suatu sistem informasi (Davis 989b). Awal Penelitian adopsi E-Commerce secara luas menggunakan technology acceptance model (Gefen et al. 2003; Liu et al.
2004; dan Malhotra et al. 2004).
Melindungi Privasi Online
Kemajuan teknologi dan internet
memungkinkan kita untuk mengumpulkan berbagai informasi secara detil dan
membagi informasi tersebut dengan mudah. Sebenarnya hal ini bagus, misalnya
saat kita mendapat informasi yang berguna dan kita perlukan, tapi di saat yang
sama, kita harus berhati-hati dan melindungi diri dari penyalahgunaan
informasi.
Sebagai pengunjung sebuah situs, Anda
perlu mengetahui informasi/data apa yang direkam/diambil dari Anda dan
bagaimana informasi/data itu digunakan. Informasi seperti ini bisa ditemukan di
pernyataan kebijakan privasi di situs tersebut. Pahamilah apa yang Anda akan
temui dan mengapa Anda harus membaca pernyataan tersebut.
Bagaimana menemukan pernyataan kebijakan privasi situs
Sebuah pernyataan kebijakan privasi
sangat mudah ditemukan di situs. Kebanyakan situs meletakkannya di bagian
paling bawah situs atau di halaman layanan pelanggan. Carilah kata-kata
"Privacy" (Privasi) atau "Information Practices"
(Penggunaan Informasi) dan kliklah linknya. .
Hal-hal mendasar dari kebijakan privasi yang baik dan apa yang
harus diperhatikan
Tergantung pada alasan mengapa kita
berkunjung ke sebuah situs, Anda bisa saja dengan senang hati memberikan
informasi personal Anda saat Anda memahami bagaimana situs itu akan
menggunakannya. Membaca pernyataan kebijakan privasi dapat membantu Anda untuk
memutuskan seberapa banyak informasi yang bisa Anda berikan.
Beberapa hal mendasar yang dimiliki sebuah kebijakan privasi
adalah sebagai berikut:
1.
Pemberitahuan
Sebuah kebijakan privasi harus jelas
menyatakan, dengan kalimat yang Anda mudah pahami, informasi apa yang
dikumpulkan dan bagaimana informasi itu digunakan.
2.
Pilihan
Masing-masing pengunjung diberikan
kesempatan untuk memutuskan bagaimana informasi diri yang dikumpulkans ecara
online bole digunakan, khususnya jika situs tersebut berencana menggunakan data
pribadi tersebut untuk keperluan lain seperti jual beli database, dll.
Mekenamisme untuk berpartisipasi atau membatalkan berpartisipasi, harus
diberikan untuk memberikan kesempatan bagi masing-masing orang untuk mengambil
keputusan bagaimana informasi diri mereka digunakan.
3.
Akses
Masing-masing individu harus diberikan
cara untuk melihat dan memperbarui informasi diri mereka untuk memastikan bahwa
informasinya benar dan paling baru.
4.
Keamanan.
Situs haris mengambil langkah-langkah
yang masuk akal untuk memastikan bahwa data yang terkumpul terlindungi dari
penggunaan atau pengubahan tanpa izin.
5.
Layanan pelanggan
Situs harus menyediakan mekanisme
untuk Tanya-Jawab dan menyelesaikan keluhan pelanggan serta perselisihan dengan
cepat dan responsif.
Salah satu cara situs menunjukkan
komitmennya terhadap layanan pelanggan adalah melalui sebuah "privacy
seal". Adanya "cap" jaminan bahwa situs ini menghargai privasi
penggunannya dan mematuhi cara-cara terbaik dalam proses penyelesaian perselisihan
dengan pihak ketiga.
Tips untuk melindungi informasi pribadi
Bacalah pernyataan kebijakan privasi
situs yang Anda kunjungi. Cari tahu apa informasi pribadi yang mereka
kumpulkan, bagaimana informasi dikumpulkan dan kepada siapa informasi itu akan
dibagikan. Jika Anda tidak bisa menemukan pernyataan tersebut, hubungi situs
tersebut dan mintalah salinan pernyataan kebijakan privasinya atau mintalah
pernyataan tersebut dimuat dalam situs.
Sebelum menanggapi kesempatan undian
online berhadiah, survey, atau permainan yang mengharuskan Anda memberikan
informasi pribadi sebagai syarat keikutsertaan, bacalah kebijakan privasinya
dan aturan-aturan tambahan lain yang terkait dengan bagaimana mereka akan
mempergunakan informasi pribadi Anda.
Pastikan bahwa situs yang mengumpulkan
informasi personal tentang Anda memberikan Anda pilihan untuk melanjutkan/berpartisipasi
atau membatalkannya.
Daftar Pustaka
Anil Gurung (2006) “ Empirical Investigation of the
Relationship of Privacy Security, and Trust with Behavioral Intention to
transact in E-Commerce”The University Of
Texas at Arlingon
Fox, S. 2000. Trust and privacy
online: why Americans want to rewrite the rules, Pew Internet and American Life
Project. available
at: www.pewinternet.org
Hoffman, D.L., Novak,
T.P. and Peralta, M. 1999. Building consumer Trust online. Communications of the ACM. Vol. 42 No. 4. h. 80-5.
Malhotra, N. K., Kim, S. S., and Agarwal, J. (2004).
"Internet users' information privacy concerns (IUIPC): The construct, the
scale, and a causal model." Information Systems Research, 15(4),
336-355.
Wang et al., 1998, “Consumer privacy concerns about
internet marketing”, Communication of the ACM, Vol. 41, pp. 63-70